Siapa diantara kamu yang seorang Kristen dan imannya sedang di uji?
Nggak ada satupun
yang berkata bahwa menjadi Kristen itu enak dan selalu bahagia, karena pada kenyataannya nggak seorangpun didunia ini yang terhilang dari lingkup proses.
Hampir setahun yang
lalu, seorang anak konseling dan menghubungiku melalui akun Instagram Genpul.com katanya “Aku baru bertobat
satu tahun lalu, kenapa Tuhan kasih aku masalah berat dan orangtuaku harus
meninggal dunia serta meninggalkan utang? Bukannya seharusnya hidupku damai dan penyakit mama sembuh?”
Banyak alasan yang
membuat kita kembali kepada Yesus, salah satunya adalah “Mama sembuh” seperti
yang di hadapi oleh anak tersebut. Namun nyatanya semua berbalik dari ekspektasi dan tinggalkan sebuah kekecewaan.
“Aku mengetahui dan
menyadari bahwa Tuhanlah yang berkehendak atas usia dan waktu mama. Aku
merelakannya karena Allah lebih mencintai mama. Tetapi apakah harus
meninggalkan utang begitu banyak dalam kondisi keuangan yang sedang krisis gini kak?” lanjutnya .
Aku bisa merasakan
pilu yang dihadapi oleh anak tersebut. Utang dimana-mana, ibu baru meninggal dan adik-adiknya harus melanjutkan sekolah ke jejang berikutnya.
Sungguh nggak ada
harapan dan semua serba menyedihkan. Tetapi nggak satupun pilihan kecuali “terus berharap kepadaNya”.
Hal ini mengingatkan aku mengenai kisah 3 tahun yang lalu.
Mamaku hamil lagi diusia 41 tahun. Yap, Kabar baik dan Puji Tuhan!
Tetapi kondisi ini
bukan hal yang menyenangkan buat aku bahkan keluargaku. Pasalnya dokter pernah
memvonis bahwa mama nggak bisa melahirkan lagi, dan jika itu terjadi mama akan meninggal dunia dan tak tertolong lagi.
Vonis itu terjadi 13 tahun
lalu saat melahirkan adik manisku, Desy Renatha. Nggak satupun yang bisa
dilakukan kecuali berunding baik-baik mengenai bayi ini, dan keputusan terakhir ada ditanganku (sebagai anak sulung).
“Naomi, gimana ini?
Mama bablas hamil dan sudah ngobrol dengan papa. Apakah kamu setuju jika bayi ini di gugurkan saja?”
Miris! Aku marah dan
sontak nggak tau harus berbuat apa. Mungkin beberapa diantara kamu akan berkata “Lha, kok mamamu nggak KB kemarin?”
Yap! Mama penyakit
anemia sudah sekian tahun sejak Desy lahir. Dan entahlah kenapa dokter tidak
mengizinkan mama untuk suntik KB waktu itu. Melulu ulur waktu, mama akhirnya bergantung pada pil KB.
Jika kamu jadi aku,
apa yang kamu bisa lakukan? Sebagai orang Kristen, membunuh adalah dosa besar
dan Allah tentu nggak menghendaki itu terjadi untuk kandungan mama dan jika terus bertahan, nyawa mama (mungkin) berada di ujung tanduk.
Hari itu semua
keputusan ada ditanganku dan aku hanya memiliki Yesus. Aku merasa kehilangan cara pikir dan terhimpit dalam situasi yang sangat berat.
Gimana kalau mama
mati? Gimana kalau adiknya juga mati? Haruskah aku jadi tulang punggung
membantu papa dan mengurus adik-adik yang masih sekolah? Benar- benar nggak sanggup.
Aku merasa bahwa aku
hanya memiliki Yesus waktu itu. Nggak satupun yang bisa menolongku atas situasi ini kecuali Yesus. Lalu aku berdoa dan menangis waktu itu.
Satu setengah jam
dalam pilu dan air mata, sejenak dalam doa sesuatu mendorongku seolah berkata “Buka Mazmur 138 sekarang!”.
Mazmur 138;8: “Tuhan akan menyelesaikannya bagiku! Ya
Tuhan, kasih setia-Mu untuk selama-lamanya; janganlah Kautinggalkan perbuatan tangan-Mu!”
Yap! Kita semua
percaya bahwa segalanya terjadi karena izin dari Allah, demikian yang terjadi bagi mama dan bayi itu.
Akhirnya aku
mendorong mama untuk membesarkan kandungan tersebut, didalam iman aku
menguatkan keluargaku dalam pengharapan, biarlah mereka sama-sama menyaksikan janji Allah terhadap bayi itu.
Dan kabar baiknya adalah Allah menggenapinya tanpa sedikit kekurangan apapun. Bayi itu saya beri nama Joyce Olivia yang artinya kesukaan dan kebahagiaan, dan kini dia sudah berusia 3 tahun tanpa cacat sedikitpun.